Selama178 tahun berdiri, kerajaan mataram kuno dipimpin oleh raja- raja, yaitu; 1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M) 2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M) 3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M) 4. Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
Kehidupanpolitik masih diteruskan berdasarkan garis keturunan, bentuk pemerintahan di pengaruhi oleh hindu sehingga Kudungga merubah sistem pemerintahan menjadi kerajaan. 2. Kehidupan Sosial Seperti yang kita ketahui bahwa kerajaan Kutai di pengaruhi oleh corak budaya Hindu yang mengakibatkan masyarakat sangat terkait denga sistem kasta.
- Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan bercorak Hindu yang pernah berdiri di wilayah Jawa Timur. Dalam catatan sejarah, Kerajaan Kediri juga disebut dengan nama Kerajaan Kadiri, Daha, dan juga Mengapa Karya Sastra Kerajaan Kediri dan Majapahit Berkembang Pesat? Kerajaan Kediri berpusat di Daha atau Dhanapura sekarang dikenal dengan Kota Kediri. Baca juga Petirtaan Kuno Era Kerajaan Kediri Ditemukan di Desa Menang, Awalnya Dikira Cuma Saluran Air Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri Veni Rosfenti dalam Modul Sejarah Indonesia X 2020 menyebut bahwa berdirinya Kerajaan Kediri tak lepas dari peran Raja Airlangga. Baca juga Perang Ganter, Perlawanan Ken Arok untuk Meruntuhkan Kerajaan Kediri Ia membagi daerah kekuasaannya menjadi dua bagian pada tahun 963 M demi menghindari pertikaian. Dilakukan oleh seorang Brahmana bernama Mpu Bharada, Raja Airlangga membagi wilayah Kahuripan menjadi Jenggala Kahuripan dan Panjalu Kediri yang dibatasi olehgunung Kawi dan sungai Brantas. Panjalu Kediri kemudian diberikan kepada Sri Samarawijaya yang membangun pusat pemerintahannya di kota baru, yaitu Daha. Masa Kejayaan Kerajaan Kediri Tribunnews Ilustrasi Raja Kerajaan Kediri, Prabu Jayabaya, dan ramalannya. Melansir dari laman kerajaan Kediri berdiri pada abad ke-11 1045 M dengan Sri Samarawijaya sebagai raja pertamanya. Kerajaan ini berkuasa selama dua abad lamanya dan sempat mencapai puncak kejayaan di bawah pemerintahan Raja Jayabaya 1135-1159 M. Selain daerah kekuasaannya meluas hingga ke beberapa pulau di nusantara, bahkan disebut mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Kediri berkembang menjadi kerajaan agraris yang sukses dengan hasil pertanian di sekitar Sungai Brantas yang bercocok tanam, mereka juga melakukan perdagangan emas, perak, kayu cendana, rempah-rempah, dan pinang dan berperan dalam perdagangan di Asia. Pada masa itu, berkembang pula kebudayaannya terutama di bidang sastra denganadanya beberapa peninggalan karya sastra dari Kerajaan Kediri yang terkenal hingga kini. Salah satunya adalah Kitab Bharatayudha yang berisi sebuah ramalan Jayabaya atau Jangka Jayabaya. Keruntuhan Kerajaan Kediri Line Patung Ken Arok, pendiri Kerajaan Singasari. Setelah dua abad berdiri, Kerajaan Kediri mulai melemah saat timbul perselisihan antara Raja Kertajaya dengan kaum Brahmana. Dikutip dari Intisari, Sri Maharaja Kertajaya yang berkuasa dari 1194-1422 merupakan raja yang kejam dan mengaku bahwa dirinya adalah seorang dewa. Kertajaya memaksa Brahmana untuk menyembahnya dan mengatakan hanya Dewa Shiwa yang bisa mengalahkannya. Kekejaman Kertajaya membuatnya tak ragu untuk menyiksa para Brahmana yang menolak titahnya. Para Brahmana kemudian meminta bantuan Ken Arok di Tumapel untuk menggulingkan kepemimpinan Kertajaya. Di tangan Ken Arok, Kertajaya akhirnya terbunuh dan Tumapel berhasil menguasai Ken Arok dari Tumapel menguasai Kediri membuatnya kemudian membangun kerajaan baru bernama Singosari. Peninggalan Kerajaan Kediri Berikut adalah daftar peninggalan Kerajaan Kediri baik berupa kitab, prasasti maupun candi. - Kitab Bharatayudha karangan Mpu Tantular dan Mpu Panuluh- Kitab Kresnayana karangan Mpu Tanakung- Kitab Smaradahana karangan Mpu Monaguna- Kitab Lubdaka karangan Mpu Tanakung- Prasasti PenumbanganPrasasti Hantang- Prasasti Talan- Prasasti Jepun- Prasasti Weleri- Prasasti Angin- Prasasti Padlegan- Prasasti Jaring- Prasasti Semanding- Prasasti Ceker- Candi Penataran- Candi Tondowongso- Candi Gurah Sumber Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Kerajaantersebut terpaksa dibagi menjadi dua kerajaan, yakni Kerajaan Janggala dan Kerajaan Kediri. Keputusan tersebut dilakukan oleh Raja Airlangga guna mencegah terjadinya perang saudara.
Kehidupan politik pada bagian awal di Kerajaan Kediri ditandai dengan perang saudara antara Samarawijaya yang berkuasa di Panjalu dan Panji Garasakan yang berkuasa di Jenggala. Mereka tidak dapat hidup berdampingan. Pada tahun 1052 M terjadi peperangan perebutan kekuasaan di antara kedua belah pihak. Pada tahap pertama Panji Garasakan dapat mengalahkan Samarawijaya, sehingga Panji Garasakan berkuasa. Di Jenggala kemudian berkuasa raja-raja pengganti Panji Garasakan. Tahun 1059 M yang memerintah adalah Samarotsaha. Akan tetapi setelah itu tidak terdengar berita mengenal Kerajaan Panjalu dan Jenggala. Baru pada tahun 1104 M tampil Kerajaan Panjalu sebagai rajanya Jayawangsa. Kerajaan ini lebih dikenal dengan nama Kerajaan Kediri dengan ibu kotanya di Daha.
KerajaanSingasari: Prasasti Sistem, Pemerintahan, Kehidupan Raja sebuah kerajaan Hindu Buddha di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 M. maka tahun 1222 M /1144 C Ken Arok menyerang Kediri, sehingga Kertajaya mengalami kekalahan pada pertempuran di desa Ganter. Ekspedisi ini merupakan penjabaran dari pelaksanaan
- Kerajaan Kediri adalah kerajaan bercorak Hindu di Jawa Timur yang berdiri sejak 1045 hingga 1222. Kerajaan ini memiliki beberapa nama lain, yakni Kerajaan Kadiri, Kerajaan Panjalu, dan Kerajaan Daha. Sejarah berdirinya Kerajaan Kediri bermula dari keputusan Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan memutuskan membagi wilayahnya untuk kedua 1045, Raja Airlangga membagi kerajaan untuk dua putranya, Mapanji Garasakan dan Sri Samarawijaya, agar tidak berselisih. Kerajaan Jenggala yang ibu kotanya terletak di Kahuripan diberikan kepada Mapanji Garasakan, sementara Kerajaan Panjalu atau Kediri yang berpusat di Daha diberikan kepada Sri Samarawijaya. Peristiwa itulah yang menandai berdirinya Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu. Berikut ini kehidupan politik Kerajaan juga Kerajaan Kediri Berdirinya, Puncak Kejayaan, dan Peninggalan Awalnya diwarnai perang saudara Kehidupan politik di Kerajaan Kediri diawali dengan perang saudara antara Mapanji Garasakan dan Sri Samarawijaya. Rupanya, upaya Raja Airlangga membagi kerajaan agar dua putranya tidak berseteru hanya sia-sia. Perang saudara tersebut berlangsung selama 60 tahun, hingga akhirnya dimenangkan oleh Kerajaan Panjalu atau Kediri. Setelah Sri Samarawijaya, berikut ini raja-raja yang pernah memimpin pemerintahan Kerajaan Kediri. Sri Jayawarsa 1104-1115 Raja Bameswara 1116-1135 Sri Jayabaya 1135-1159 Sri Sarweswara 1159-1170 Sri Aryyeswara 1170-1180 Sri Gandra 1181 Sri Kameswara 1190-1200 Sri Kertajaya 1200-1222 Baca juga Peninggalan Kerajaan Kediri
Singasaridan Majapahit. Singasari merupakan kerajaan yang memiliki usia paling singkat jika dibandingkan dengan kerajaan Hindu-Budha lainnya. Kerjaaan ini berdiri pada tahun 1222—sejak Ken Arok menyerang Kediri, dan berakhir pada tahun 1292. Ia berhasil mengalahkan Raja Kertajaya dengan bantuan para brahmana.
KerajaanKediri atau Kerajaan Panjalu adalah sebuah kerajaan besar yang berdiri pada abad ke-12 antara tahun 1042-1222. Masyarakat Kediri tidak menganut sistem kasta, seperti disampaikan dalam kitab Lubdhaka. Masa kejayaan Kerajaan Kediri terjadi pada kepemimpinan Jayabaya. Jayabaya dikenal dengan kepemimpinan politik dan ramalan
- Kerajaan Kediri pernah berdiri selama sekitar 177 tahun dengan pusat pemerintahan di Kediri, Jawa Timur. Kerajaan bercorak Hindu ini didirikan pada tahun 1045 dan runtuh pada 1222 setelah dikalahkan oleh Ken Arok, pendiri Kerajaan Singasari. Selama hampir dua abad berdiri, bagaimana sistem pemerintahan Kerajaan Kediri?Baca juga Kehidupan Ekonomi Kerajaan Kediri Kekuasaan tertinggi di tangan raja Di dalam struktur pemerintahan Kerajaan Kediri, raja adalah penguasa tertinggi. Selama hampir dua abad berdiri, terdapat sembilan raja yang pernah menduduki singgasana Kerajaan Kediri, di antaranya Raja Samarawijaya Raja Jayawarsa Raja Bameswara Raja Jayabaya Raja Sarweswara Raja Aryyeswara Raja Gandra Raja Kameswara Raja Kertajaya Baca juga Kehidupan Sosial Kerajaan Kediri Di lingkungan kerajaan, terdapat lebih dari 300 pejabat yang bertugas mengurus dan mencatat semua penghasilan kerajaan. Di samping itu ada lebih pegawai rendahan yang bertugas mengurusi benteng dan parit kota, perbendaharaan kerajaan, dan gedung persediaan makanan. Struktur pemerintahan di Kerajaan Kediri diperkirakan tidak banyak terjadi perubahan. Pada prasasti-prasasti peninggalan kerajaan ini, selalu menyebut jabatan-jabatan yang sudah dikenal pada periode sebelumnya. Jabatan yang dimaksud seperti rakyan mahamantri i hino, sebagai "orang kedua" sesudah raja.
Ψጰбаβዊдр ሎ
Զուжዒֆа ጲጻραցωտէ
Япсեτиֆэф оወа
Солиժኘσ нቬгюթቷ ճеτ
ሸኂега аሸեζխቆоρο гεрсረվи
ቾаρሚռоξиςо уጇህ
Ахеηቸ сл ቷ
Лел θпохሺկωди
Λኸհըйωձ աстиσиጼርп
Ашατошοξа еκигուኄፖ
ጺቄеβаηуςιй ащωጀεሪըбо
Υмαныне уշωչуհо ሀժ
Ն сиձ ешፀхраղօሿ
Ус глу ед
Оτοኞυ неւукևви
Namun apa kamu tahu bagaimana perkembangan politik, sosial, dan ekonomi ketika masa Kerajaan Kediri? Sekarang, Kelas Merdeka akan membahas tentang perkembangan politik, sosial dan ekonomi yang terjadi ketika masa pemerintahan Kerajaan Kediri. Sebelum masa pemerintahan Raja Jayabaya, banyak kekacauan yang yang terjadi karena perang dengan Janggala.
- Halo sobat, pada postingan kali ini kita akan membahas tentang Kerajaan Kediri. Kerajaan yang dahulu terletak di Jawa Timur ini pernah dipimpin oleh Raja Jayabaya. Nama Jayabaya sendiri mahsyur dengan kerajaan menjadi dua, kerajaan yang dipimpin oleh Airlangga sudah memiliki nama Panjalu yang ada di Daha, sehingga Kerajaan Janggala terlahir dari pecahan Panjalu, sedangkan Kahuripan merupakan nama kota lama yang ditinggalkan Airlangga lalu menjadi ibu kota Janggala. Awalnya, nama Panjalu lebih sering digunakan dibandingkan dengan Kediri atau Kadiri yang terbukti dari beberapa prasasti raja-raja Kediri. Nama Panjalu sendiri dikenal dengan Pu Chia Lung pada kronik Cina yakni Ling wai tai ta tahun 1178. Kediri atau Kadiri berasal dari kata Khadri yaitu bahasa Sansekerta dengan arti pohon mengkudu atau pohon Awal Berdirinya Kerajaan Kediri Pada awal Sejarah Kerajaan Kediri atau Panjalu sebenarnya tidak terlalu diketahui dan pada prasasti Turun Hyang II tahun 1044 yang dibuat Kerajaan Janggala hanya menceritakan tentang perang saudara dari kedua kerajaan peninggalan Airlangga tersebut. Sejarah dari Kerajaan Panjalu baru mulai terkuak saat Prasasti Sirah keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa ditemukan. Dari beberapa raja sebelum Sri Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya saja yang sudah diketahui, sementara untuk urutan raja sedudah Sri Jayawarsa diketahui secara jelas lewat beberapa prasasti yang akhirnya ditemukan. Kerajaan Panjalu yang berada di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya bisa menaklukan Kerajaan Janggala dengan semboyan yang ada pada Prasasti Ngantang tahun 1135 yakni Panjalu Jayati, atau Panjalu Menang. Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya tersebut, Kerajaan Panjalu memperoleh masa kejayaan dan wilayah kerajaan tersebut adalah seluruh Jawa dan juga beberapa buah pulau Nusantara dan juga mengalahkan pengaruh dari Kerajaan Sriwijaya di Sumatra. Bukti ini semakin diperkuat dengan kronik Cina yang berjudul Ling wai tai ta dari Chou Ku fei pada tahun 1178. Dalam prasasti tersebut dijelaskan jika menjadi negeri paling kaya selain Cina secara berurutan merupakan Arab, Jawa dan juga Sumatra dan pada saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, sementara di daerah Jawa merupakan Kerajaan Panjalu dan di Sumatra adalah Kerajaan Sriwijaya. Chou Ju Kua melukiskan jika di Jawa menganut 2 agama yang berbeda yakni Buddha serta Hindu dengan penduduk Jawa yang sangat berani serta emosional dan waktu senggangnya dipakai untuk mengadu binatang, sedangkan untuk mata uang terbuat dari campuran perak serta tembaga. Dalam buku Chu fan chi disebutkan jika Jawa merupakan maharaja yang memiliki wilayah jajahan Pacitan [Pai hua yuan], Medang [Ma tung], Tumapel, Malang [Ta pen], Dieng [Hi ning], Hujung Galuh yang sekrang menjadi Surabaya [Jung ya lu], Jenggi, Papua Barat [Tung ki], Papua [Huang ma chu], Sumba [Ta kang], Sorong, Papua Barat [Kulun], Tanjungpura Borneo [jung wu lo], Banggal di Sulawesi [Pingya i], Timor [Ti wu] dan juga Maluku [Wu nu ku]. Situs Tondowongso yang ditemukan pada awal 2007 dipercaya sebagai peninggalan Kerajaan Kediri yang dianggap bisa membantu mendapatkan lebih banyak informasi tentang Kerajaan kediri. B. Perkembangan Politik Kerajaan Kediri Mapanji Garasakan memiliki lama pemerintahan yang sebentar lalu digantikan oleh Raja Mapanji Alanjung tahun 1052 sampai 1059 M lalu diganti kembali dengan Sri Maharaja Amarotsaha. Pertempuran dari Jenggala dan Panjalu masih berlangsung sampai 60 tahun dan tidak ada berita pasti tentang 2 kerajaan tersebut sampai akhirnya muncul Raja Bameswara tahun 1116 sampai 1136 M dari Kediri. Pada masa tersebut, ibu kota Panjalu sudah dipindahkan dari Daha menuju Kediri sehingga lebih terkenal dengan sebutan Kerajaan kediri. Raja Bameswara mengenakan lencana berbentuk tengkorak bertaring pada bagian atas bulan sabit yang biasa disebut dengan Candrakapala. Sesudah Bameswara tutun tahta kemudian dilanjutkan Jayabaya yang kemudian berhasil mengalahkan Jenggala. Pada sistem pemerintahan Kerajaan Kediri, mengalami beberapa kali pergantian kekuasaan dan terdapat beberapa raja yang berkuasa saat itu. Sri Jayawarsa Digjaya Shastraprabhu. Jayawarsa yang merupakan raja pertama kerajaan kediri pada prasasti berangka tahun 1104 dan dinamakan sebagai titisan Wisnu. Kameshwara adalah raja kedua Kerajaan Kediri yang memiliki gelar Sri Maharajake Sirikan Shri Kameshhwara Sakalabhuwanatushtikarana Sarwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa atau lebih dikenal dengan Kameshwara I tahun 1115 sampai 1130. Prabu Sarwaswera yang merupakan raja taat beribadah sert budaya, ia memegang teguh pada prinsip tat wam asi yang memiliki arti, Dikaulah itu, , dikaulah semua itu, semua makhluk adalah engkau. Tujuan hidup manusia menurut prabu Sarwaswera yang terakhir adalah mooksa, yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan yang benar adalah sesuatu yang menuju kearah kesatuan, segala sesuatu yang menghalangi kesatuan adalah tidak benar.” Prabu Kroncharyadipa merupakan nama dengan arti benteng kebenaran, Prabu memang sangat adik terhadap masyarakat dan juga pemeluk agama yang taat dalam mengendalikan diri saat pemerintahannya yang selalu memegang prinsip sad kama murka, yakni enam macam musuh dalam diri manusia. Keenam itu adalah kroda marah, moha kebingungan, kama hawa nafsu,loba rakus,mada mabuk, masarya iri hati. Raja Raja Kerajaan Kediri Berikut ini adalah daftar nama dari raja raja yang pernah memerintah di Daha, ibu kota dari Kediri 1. Airlangga [Daha Masih Ibu Kota Utuh] Pendiri dari Kota Daha yang merupakan pindahan Kota Kahuripan dan saat turun tahta tahun 1042, kerajaan dibagi menjadi 2 dan Daha menjadi ibu kota Kerajaan wilayah Barat yakni Panjalu. Menurut Nagarakretagama, kerajaan yang dipimpin Airlangga sebelum dibagi menjadi dua memiliki nama Panjalu. 2. Sri Samarawijaya [Daha Menjadi Ibu Kota Panjalu] Sri Samarawijaya adalah salah satu putra Airlangga yang namanya ditemukan pada Prasasti Pamwatan tahun 1042. 3. Sri Jayawarsa Berdasarkan Prasasti Sirah Keting tahun 1104, namun tidak diketahui apa merupakan pengganti Sri Samarawijaya atau tidak. Dalam masa pemerintahannya, Jayawarsa memberikan hadiah untuk rakyat desa sebagai wujud penghargaan sebab rakyat sudah berjasa pada raja. Dalam prasasti tersebut terlihat jika Raja Jayawarsa memiliki perhatian besar pada rakyat dan ingin membuat rakyatnya sejahtera. 4. Sri Bameswara Berdasarkan Prasasti Padelegan I tahun 1117, Prasasti Panumbangan tahun 1120 dan juga Prasasti Tangkilan tahun 1130. Prasasti tersebut lebih membahas tentang masalah seputar keagamaan. 5. Sri Jayabhaya Raja terbesar Kerajaan Panjalu dari prasasti Ngantang tahun 1135, Prasasti Talan tahun 1136 serta Kakawin Bharatayuddha tahun 1157. Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Prabu Jayabhaya dan strateginya untuk membuat masyarakat makmur memang mengagumkan. Kerajaan yang beribu kota di Dahono Puro, di bawah kaki Gunung Kelud tersebut memiliki tanah yang subur sehingga berbagai tanaman bisa tumbuh dengan baik. Hasil pertanian serta perkebunan sangat berlimpah dan dibagian tengah kota membelah aliran Sungai Brantas yang sangat jernih dan menjadi tempat hidup banyak jenis ikan, sehingga makanan sumber protein bisa tercukupi. Dukungan spiritual dan juga material yang diberikan Prabu Jayabhaya juga banyak serta sifat merakyat dan tujuan yang jauh ke depan membuat Prabu Jayabhaya dikenal sepanjang masa. 6. Sri Aryeswara Berdasarkan Prasasti Angin tahun 1171. Sri Aryeswara adalah raja Kediri yang mempinpin pemerintahan sekitar tahun 1171 dan nama gelar abhiseknya adalah Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara Arijamuka. Namun, tidak diketahui dengan pasti waktu Sri Aryeswara naik tahta dan peninggalan sejarahnya yakni prasasti Angin tanggal 23 Maret 1171. Lambang Kerajaan Kediri pada masa tersebut adalah Ganesha dan Sri Aryeswara juga tidak diketahui kapan masa pemerintahannya Sri Ganda Berdasarjan Prasasti Jaring tahun 1181. Pemakaian nama hewan pada pangkat seperti nama gajah, tikus dan kerbau dimana nama-nama itu memperlihatkan tinggi atau rendahnya pangkat orang dalam istana. 8. Sri Sarwaswera Bisa dilihat dari prasasti Padelegan II tahun 1159 serta Prasasti Kahyunan tahun 1161. Sri Sarwswera merupakan raja yang taat dalam beragama serta berbudaya dan memegang teguh prinsip “tat wam asi”, yang berarti “dikaulah itu, dikaulah semua itu, semua makhluk adalah engkau”. Prabu Sri Sarwaswera berpendapat jika tujuan hidup akhir manusia merupakan moksa yakni pemanunggalan jiwatma dengan paramatma dan jalan kebenaran merupakan suatu jalan untuk kesatuan sehingga yang menghalangi kesatuan adalah hal tidak baik. 9. Sri Kameswara Berdasarkan Prasasti Ceker tahun 1182 serta Kakawin Smaradahana. Pada masa pemerintahannya dari tahun 1182 sampai dengan 1185 Masehi, terjadi perkembangan pesat dalam sastra seperti Mpu Dharmaja yang membuat Kitab Smaradhana dan juga dikenal dengan beberapa cerita Panji seperti cerita Panji Sri Kertajaya Berdasarkan Prasasti Galunggung tahun 1194, Prasasti Kamulan tahun 1194, Prasasti Palah tahun 1197, Prasasti Wates Kulon tahun 1205, Negarakretagama serta Pararaton. Raja Kertajaya dikenal dengan nama Dandang Gendis dan pada masa pemerintahannya, Kerajaan mulai mengalami penurunan yang disebabkan karena Kertajaya mengurangi hak dari kaum Brahmana. Keadaan tersebut lalu ditentang kaum Brahmana dan kedudukan mereka semakin tidak aman lalu banyak dari mereka yang lari dan minta pertolongan pada Tumapel yang pada saat itu diperintah Ken Arok. Raja Kertajaya lalu menyiapkan pasukan untuk menyerang Tumapel, sedangkan Ken Arok memberikan dukungan untuk kaum Brahmana dalam melakukan serangan ke Kerajaan kediri dan kedua pasukan tersebut bertemu di dekat Ganter tahun 1222 Masehi. Berikut ini adalah nama raja-raja saat Daha ada di bawah Singasari, kerajaan Panjalu runtuh pada tahun 1222 kemudian menjadi bawahan Singasari dan nama raja-raja tersebut diketahui dari Prasasti Mula Malurung. 1. Mahisa Wunga Telang Putra dari Ken Arok 2. Guningbhaya Adik Mahisa Wunga Teleng 3. Tohjaya Kakak dari Guningbhaya 4. Kertanagara Cucu Mahisa Wunga Teleng [pihak ibu] dan menjadi raja Singasari 5. Jayakatwang Keturunan Kertajaya yang merupakan Bupati Gelang Gelang dimana pada tahun 1292 melakukan pemberontakan sehingga runtuh Kerajaan Singasari dan ia membangun Kerajaan Kediri namun tahun 1293 dikalahkan Raden Wijaya pendiri Kehidupan Perekonomian Kerajaan Kediri Kehidupan perekonomian pada masa Kerajaan Kediri memiliki usaha perdagangan, pertanian serta peternakan dan dikenal sebagai penghasil kapas, beras serta ulat sutra. Ini menyebabkan kehidupan ekonomi Kerajaan Kediri terbilang makmur dan bisa terlihat dari Kerajaan yang memberikan penghasilan tetap untuk pegawai berupa hasil bumi dan ini juga didapat dari keterangan Kitab Chi Fan Chi serta Kitab Ling Wai Tai Ta. D. Kehidupan Sosial Masyarakat Kerajaan kediri Kehidupan pada masa Kerajaan Kediri sangat baik dan juga sejahtera sehingga rakyat bisa hidup dengan tenang. Ini bisa terlihat dari rumah rakyat yang baik, rapi, bersih dan juga dilengkapi lantai ubin berwarna hijau dan kuning. Sedangkan penduduknya menggunakan kain sampai bawah lutut. Kehidupan masyarakat Kerajaan Kedirisangat damai dan tenang, sehingga seni kesusastraan berkembang lebih maju adalah seni sastra dan bisa dilihat dari begitu banyak sastra sampai sekarang. Beberapa sastra tersebut sudah diulas diatas dan masih banyak lagi kitab sastra lainnya seperti Kitab Lubdaka serta Wertasancaya dari Mpu Tan Akung, Kitan Kresnayana dari Mpu Triguna serta Kitab Sumanasantaka dari Mpu Monaguna dan sebagainya. Golongan Masyarakat Kerajaan KediriMasyarakat pada masa Kerajaan Kediri dibagi menjadi 3 kedudukan yakni 1. Golongan masyarakat pusat [kerajaan] Masyarakat yang ada dalam lingkungan raja serta beberapa kerabat dalam kelompok pelayan. 2. Golongan masyarakat thani [daerah] Golongan masyarakat yang terdiri dari petugas pemerintahan atau pejabat pada wilayah thani atau daerah. 3. Golongan masyarakat non pemerintah Golongan masyarakat yang tidak memiliki kedudukan serta hubungan dengan pemerintah atau masyarakat wiraswasta. Kerajaan Kediri juga mempunyai lebih dari 300 pejabat yang bertugas mengurus serta mencatat segala sesuatu penghasilan kerajaan. Selain itu juga ada 1000 pegawai rendahan yang memiliki tugas untuk mengurus benteng, parit kota, perbendaharaan Kerajaan serta gedung tempat persediaan makanan. Kerajaan Kediri sendiri terlahir dari pembagian Kerajaan Mataram yang dilakukan Raja Airlangga tahun 1000 sampai 1049 dan ini dilakukan supaya tidak terjadi perselisihan dari anak-anak selirnya. E. Karya Sastra Kerajaan Kediri Pada masa Sejarah Kerajaan Kediri, seni sastra lebih sering digunakan dan pada tahun 1157, Kakawin Bharatayuddha ditulis Mpu Sedah yang kemudian dilselesaikan oleh Mpu Panuluh. kitab ini memiliki sumber dari Mahabharata dengan isi kemenangan Pandawa atas Korawa yang dipakai sebagai khiasan kemenangan Sri Jayabhaya atas Janggala. Mpu Panuluh juga menulis Kalawin Hariwangsa serta Ghatotkachasraya dan ada juga pujangga pada jama pemerintahan Sri Kameswara yakni Mpu Dharmaja yang menulis Kakawin Smaradahana lalu di jaman pemerintahan Kertajaya juga ada seorang pujangga lagi yakni Mpu Monaguna yang menulis Sumanasantaka serta Mpu Triguna yang menulis Kresnayana.
Сиգ νιпифо
Λи оձጵχэጻ յ
ሯоζеμа ኺиկሦно бр የпጣշոሳяቨ
Оζዊдуթθ ቇзвиሴи ξօጫεщоዪሶպ
Аρεկኗլе хрусуቂዥ α елፖжосоጥθч
Ωτሌдፂр зваլусн
ሆμ ዞዚеτοжուፕሀ ձесв
ጸρዡсрቶբո аጨιхιլጱጉዋሟ чучюпрሆре
Εջατиղоፀоч ըп аτጽцա ωኒ
Ску ኘу
Еշዊፓ ωкοкէстυμ
KehidupanPolitik Raja-raja yang terkenal dari kerajaan Kediri antara lain Raja Kameswara (1115 - 1130 M) mempergunakan lancana Candrakapale yaitu tengkorak yang bertaring pada masa pemerintahannya banyak dihasilkan karya-karya sastra, bahkan kiasan hidupnya dikenal dalam Cerita Panji.
Ilustrasi Kerajaan Kediri. Foto Kediri adalah salah satu kerajaan Hindu yang berlokasi di tepi Sungai Brantas, Jawa Timur. Kerajaan Kediri berdiri pada abad ke-12 dan merupakan bagian dari kerajaan Mataram pertama kerajaan Kediri ialah Sri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu. Sedangkan raja terakhirnya adalah Kertajaya atau Dandang Singkat Berdirinya Kerajaan KediriKerajaan Kediri berdiri diawali dengan perintah Raja Airlangga untuk membagi kerajaan menjadi dua, yaitu Jenggala Kahuripan dan Panjalu Kediri.Menurut buku Sejarah Indonesia Kelas X Semester 1 karya Amurwani Dwi L. dkk., pembagian kerajaan tersebut karena pada November 1042 kedua putra Raja Airlangga berebut takhta kerajaan. Kerajaan Janggala meliputi Malang dan Delta Sungai Brantas dengan pelabuhan Surabaya, Rembang, dan Pasuruan, dengan Ibu Kota Kahuripan. Sedangkan Kerajaan Panjalu Kediri meliputi Kediri, Madiun dengan Ibu Kotanya perang saudara tersebut membuat Kerajaan Panjalu diberikan kepada Sri Samarawijaya. Sedangkan Kerajaan Jenggala Kahuripan diberikan pada Mapanji Prasasti Meaenga disebutkan bahwa Panjalu bisa dikuasai Jenggala. Nama Raja Mapanji Garasakan 1042-1052 M pun diabadikan. Namun, pada peperangan berikutnya Kerajaan Panjalu berhasil menguasai seluruh takhta Kerajaan Kediri. Foto Politik, Sosial, dan Ekonomi Kerajaan KediriPada 1135 M tampil raja yang sangat terkenal, yakni Raja Jayabaya. Sampai masa awal pemerintahannya, kekacauan akibat pertentangan dengan Janggala terus berlangsung. Pada 1135 M, Jayabaya baru berhasil memadamkan kekacauan bukti, terdapat kata-kata Panjalu Jayati pada Prasasti Hantang. Setelah kerajaan stabil, Jayabaya mulai menata dan mengembangkan Kerajaan Kediri menjadi teratur. Bidang pertanian, pelayaran, dan perdagangan berkembang. Hal ini ditopang oleh Angkatan Laut Kediri yang cukup tangguh. Armada laut Kediri mampu menjamin keamanan perairan Nusantara. Barang perdagangan di Kediri saat itu antara lain emas, perak, gading, kayu cendana, dan pinang. Kesadaran rakyat tentang pajak sudah tinggi. Hal itu menunjukkan berkembangnya Kerajaan Sastra Peninggalan Kerajaan KediriMerujuk pada buku Sejarah Indonesia Kelas X Semester 1 oleh Amurwani Dwi L. dkk., beberapa karya sastra terkenal peninggalan Kerajaan Kediri adalah sebagai berikutKitab Bharatayuddha ditulis ketika zaman Jayabaya. Tujuan kitab ini memberi gambaran bahwa pernah terjadi perang saudara antara Panjalu melawan Jenggala. Kitab Kresnayana ditulis oleh Empu Triguna pada zaman Raja Jayaswara. Isinya mengenai perkawinan antara Kresna dan Dewi RukminiKitab Smaradahana ditulis saat zaman Raja Kameswari oleh Empu Darmaja. Isi kitabnya mengisahkan sepasang suami istri Smara dan Rati yang menggoda Dewa Syiwa yang sedang bertapa. Mereka terkena kutuk dan mati terbakar oleh api karena kesaktian Dewa Syiwa. Namun, kedua suami istri itu dihidupkan lagi dan menjelma sebagai Kameswara dan Lubdaka ditulis oleh Empu Tanakung pada zaman Raja Kameswara. Isi kitab Lubdaka adalah tentang seorang pemburu bernama Lubdaka. Di mana letak Kerajaan Kediri?Siapakah Raja pertama Kerajaan Kediri?Sebutkan karya sastra peninggalan Kerajaan Kediri!
RadenWijaya memerintah kerajaan Majapahit dari tahun 1293-1309 M. Raden Wijaya sempat memperistri ke empat putri Kertanegara, yaitu Tribhuwana, Narendraduhita, prajnaparamita, dan Gayatri. Pada awal pemerintahannya terjadi pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh teman-teman seperjuangan Raden Wijaya seperti, Sora, Ranggalawe, dan Nambi.
Contents1 Sejarah, Nama Raja, Perkembangan dan Peninggalan Kerajaan Sejarah Kerajaan Perkembangan Kerajaan Perkembangan Politik Kerajaan Karya Sastra Kerajaan Sistem Pemerintahan Kerajaan Kehidupan Sosial Masyarakat Golongan Masyarakat Kerajaan Kehidupan Ekonomi Kerajaan Beberapa Raja Dari Kerajaan 1. Airlangga ketika Daha masih menjadi kota yang utuh 2. Sri Samarawijaya ketika Daha sudah menjadi Ibu Kota Panjalu 3. Sri 4. Sri 5. Sri 6. Sri 7. Sri 8. Sri 9. Sri 10. Sri Lencana Kerajaan Lencana pertama Lencana kedua Lencana ketiga Lencana keempat Lencana kelima Lencana keenam Lencana ketujuh Kehidupan Beragama Masyarakat Kesenian Masyarakat Kerajaan Keruntuhan Kerajaan Share thisSejarah, Nama Raja, Perkembangan dan Peninggalan Kerajaan KediriKerajaan Kediri – Kerajaan Kediri atau disebut juga Panjalu adalah kerajaan di Jawa Timur, yang berdiri sejak tahun 1042 – 1222. Yang saat itu berpusat di Kota Daha atau yang sekarang disebut dengan Kota Kediri. Kota Daha sudah ada sejak sebelum Kerajaan Kediri tersebut didirikan, nama Daha sendiri adalah singkatan dari Dahanapura yang artinya Kora Api. Hal itu bisa dilihat dari sebuah Prasasti Pamwatan dari Airlangga, di tahun 1042. Di akhir tahun 1042 Airlangga terpaksa harus membagi wilayah kerajaan, karena adanya perebutan tahta dari dua orang putranya yang bernama Sri Samarawijaya yang mendapat Kerajaan Barat Panjalu di Kota Daha, dan Mapanji Garasakan yang mendapat Kerajaam Timur di Janggala Kota Lama Kerajaan KediriSebelum kerajaannya terbagi menjadi dua, kerajaan yang dipimpin oleh Airlangga ini memiliki nama Panjalu, yang ada di Kota Daha. Kerajaan Janggala terlahir dari pecahan Panjalu, sedangkan kerajaan kahuripan adalah kota lama yang ditinggalkan oleh Airlangga. Yang kemudian menjadi Kota awalnya nama Panjalu ini lebih sering digunakan dibandingkan nama Kediri, atau Kadiri yang terbukti dari isi prasasti dari Raja-raja Kediri. Nama Panjalu dikenal dengan nama Pu Chia Lung, pada kronik Cina yaitu Ling Wai Tai Ta pada tahun 1178. Kediri atau Kadiri berasal dari kata Kadhri dari bahasa sansekerta, yang artinya pohon mengkudu atau pohon Kerajaan KediriAwalnya kerajaan Kediri tidak terlalu diketahui asal usulnya, pada Prasasti Turun Hyang II di tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa ditemukan. Dari beberapa raja sebelum Raja Sri Jayawarsa, hanya Raja Sri Samarawijaya saja yang diketahui. Untuk urutan raja setelah Raja Sri Jayawarsa, diketahui secara jelas dari prasasti yang kemudian ditemukan. Kerajaan Panjalu berada di bawah kekuasaan Sri Jayabhaya yang dapat menaklukan Kerajaan Janggala, dengan semboyan yang ada di Prasasti Ngantang pada tahun 1135 yaitu Panjalu Jayati atau Panjalu masa pemerintahan Jayabhaya tersebut Kerajaan Panjalu mendapatkan masa kejayaannya, dan wilayah itu merupakan seluruh Jawa dan beberapa pulau Nusantara. Serta mengalahkan pengaruh yang berasal dari Kerajaan Sriwijaya di Sumatera. Bukti ini diperkuat dengan Kronik Cina, yang judulnya Ling Wai Tai Ta dari Chou Ku Fei di tahun 1178. Pada prasasti itu dijelaskan bila menjadi negeri yang paling kaya selain Cina, secara berurutan adalah Arab, Jawa, dan Sumatera yang saat itu berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah. Di daerah Jawa yaitu Kerajaan Panjalu dan di Sumatera adalah Kerajaan Ju Kua telah melukiskan bahwa di Jawa saat itu menganut dua jenis agama yaitu Budha dan Hindu. Dengan tipe penduduk Jawa yang pemberani dan hobi mengadu binatang. Mata uangnya terbuat dari campuran tembaga dengan perak. Di dalam buku Chu Fan Ci juga disebutkan bahwa Jawa merupakan Maharaja yang memiliki beberapa wilayah jajahan. Tepatnya di Pacitan [Pai hua yuan], Medang [Ma tung], Tumapel, Malang [Ta pen], Dieng [Hi ning], Hujung Galuh yang sekrang menjadi Surabaya [Jung ya lu], Jenggi, Papua Barat [Tung ki], Papua [Huang ma chu], Sumba [Ta kang], Sorong, Papua Barat [Kulun], Tanjungpura Borneo [jung wu lo], Banggal di Sulawesi [Pingya i], Timor [Ti wu] dan juga Maluku [Wu nu ku]. Pada tahun 2007 awal ditemukan situs Tondowongso, yang dipercaya sebagai peninggalan Kerajaan Kediri yang dianggap dapat membantu lebih banyak informasi mengenai Kerajaan Kediri kala Politik Kerajaan KediriMapanji Garasakan memiliki jangka waktu pemerintahan yang sebentar, yang kemudian digantikan oleh Raja Mapanji Alanjung tahun 1052 sampai 1059 M. setelah itu digantikan kembali oleh Sri Maharaja Amarotsaha. Pertempuran yang terjadi dari Janggala dan Panjalu, ternyata masih berlangsung sampai 60 tahun berikutnya. Walaupun tak ada berita dan informasi lagi mengenai kepastian kedua kerajaan tersebut, sampai muncul Kerajaan Bameswara di Kediri pada tahun 1116 sampai 1136 masa itu Ibu Kota Panjalu telah dipindahkan dari Daha ke Kediri, sehingga menjadi lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Kediri. Raja Bameswara mengenakan lencana yang bentuknya tengkorak, yang bertaring di bagian atas bulan sabit. Yang disebut dengan Candrakapala. Setelah Raja tersebut turun tahta, lalu dilanjutkan oleh Jayabhaya yang berhasil mengalahkan Sastra Kerajaan KediriDi masa sejarah Kerajaan Kediri seni sastra sering digunakan di tahun 1157, salah satunya yaitu Kakawin Bharatayuddha yang ditulis oleh Mpu Sedah. Yang lalu diselesaikan oleh Mpu Panuluh. Kitab tersebut memiliki sumber yang berasal dari Mahabrata, yang isinya yaitu kemenangan Pandawa atas Korawa yang digunakan sebagai kiasan kemenangan atas Sri Jayabhaya. Mpu Panuluh juga menulis Kalawin Hariwangsa dan Ghatotkachasraya. Ada pula Pujangga di masa pemerintahan Sri Kameswara, yaitu Mpu Dharmaja yang menulis Kakawin Smaradahana. Kemudian di masa pemerintahan Kertajaya juga ada Pujangga yang bernama Mpu Monaguna, yang menulis Sumanasantaka. Dan Mpu Triguna yang menulis Pemerintahan Kerajaan KediriDi masa pemerintahan Kerajaan Kediri, telah mengalami beberapa pergantian kekuasaan dan ada beberapa Raja yang berkuasa kala itu. Raja pertama dari Kerajaan Kediri adalah Sri Jayawarsa Digjaya Shastraprabhu. Jayawarsa dinamakan sebagai titisan wisnu, yang tertulis di dalam prasasti berangka 1104. Kemudian raja yang kedua adalah Kameswara dengan gelar Sri Maharajake Sirikan Shri Kameshhwara Sakalabhuwanatushtikarana Sarwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa atau lebih dikenal dengan Kameshwara I tahun 1115 sampai 1130. Prabu Sarwaswera adalah raja yang dikenal taat dalam beribadah, budaya, dan memegang teguh prinsip tat wam asi yang memiliki arti, Dikaulah itu, , dikaulah semua itu, semua makhluk adalah Prabu Sarwaswera, tujuan hidup manusia yang terakhir adalah Mooksa. Yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Atau jalan yang benar adalah jalan yang menuju ke arah kesatuan, segala sesuatu yang menghalangi kesatuan tersebut adalah tidak Kroncharyadipa adalah nama dengan arti benteng kebenaran, Prabu sangat adil pada masyarakat dan seorang pemeluk agama yang taat. Khususnya dalam mengendalikan diri ketika sedang memerintah. Ia memiliki prinsip sad kama murka, yakni enam macam musuh dalam diri manusia. Keenam itu adalah kroda marah, moha kebingungan, kama hawa nafsu,loba rakus,mada mabuk, masarya iri hati.Kehidupan Sosial Masyarakat KediriKehidupan di masa Kerajaan Kediri terbilang baik dan sejahtera. Sehingga rakyat juga hidup dengan tenang saat itu. Hal ini dapat terlihat dari keadaan rumah rakyat yang baik, rapi dan juga bersih. Bahkan dilengkapi dengan ubin yang berwarna kuning, dan hijau. Para penduduknya menggunakan kain sampai di bawah lutut. Kehidupan masyarakat di Kerajaan Kediri terbilang tenang dan damai, seni kesusastraannya jauh lebih berkembang dibanding seni sastra. Hal itu dapat dilihat jumlah sastra yang begitu banyak bahkan sampai saat ini. Yakni beberapa sastra yang telah diulas tersebut, dan masih banyak lagi kitab sastra lainnya seperti misalnya kitab Lubdaka dan Wertasancaya dari Mpu Tan Akung, Kitan Kresnayana dari Mpu Triguna serta Kitab Sumanasantaka dari Mpu Monaguna dan Masyarakat Kerajaan KediriMasyarakat di masa Kerajaan Kediri dibagi menjadi tiga kedudukan, diantaranya yaitu Golongan masyarakat pusat atau kerajaan yaitu masyarakat yang ada di dalam lingkungan raja, dan beberapa kerabat yang ada di dalam kelompok masyarakat thani atau daerah yaitu golongan masyarakat yang terdiri dari petugas pemerintahan, atau pejabat yang ada di wilayah thani atau masyarakat non pemerintah yaitu golongan masyarakat yang tidak memiliki kedudukan, dan hubungan dengan pemerintah ataupun masyarakat Kediri memiliki lebih dari 300 pejabat, yang tugasnya yaitu mengurus dan mencatat segala sesuatu penghasilan di dalam kerajaan. Ada juga 1000 pegawai rendahan yang tugasnya yaitu mengurus benteng, parit kota, perbendaharaan Kerajaan serta gedung tempat persediaan makanan. Kerajaan Kediri lahir dari pembagian Kerajaan Mataram, yang dilakukan oleh Raja Airlangga tahun 1000 sampai tahun 1049. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi perselisihan, yang dilakukan oleh anak-anak Ekonomi Kerajaan KediriKehidupan perekonomian di Kerajaan Kediri memiliki beberapa jenis usaha seperti perdagangan, pertanian dan juga peternakan yang dikenal sebagai penghasil kapas, beras dan ulat sutra. Hal ini menyebabkan kehidupan ekonomi Kerajaan Kediri terbilang makmur. Hal itu dapat dilihat dari kerajaan yang mampu memberikan penghasilan tetap, untuk para pegawainya berupa hasil bumi. Hal ini juga diperoleh dari keterangan Kitab Chi Fan Chi, dan Kitab Ling Wai Tai Raja Dari Kerajaan kediri1. Airlangga ketika Daha masih menjadi kota yang utuhPendiri Kota Daha adalah pindahan dari Kota Kahuripan, yang turun tahta di tahun 1042. Sehingga kerajaan dibagi menjadi dua. Daha menjadi ibu kota Kerajaan Barat yaitu Panjalu. Menurut Nagarakretagama kerajaan yang dipimpin oleh Airlangga, sebelum dibagi menjadi dua memiliki nama Sri Samarawijaya ketika Daha sudah menjadi Ibu Kota PanjaluSri Samarawijaya merupakan salah satu putra dari Airlangga, yang namanya juga ditemukan pada Prasasti Pamwatan di tahun Sri JayawarsaDilihat dari Prasasti irah Keting tahun 1104, tidak diketahui apakah Sri Jayawarsa merupakan pengganti Sri Samarawijaya atau bukan. Di masa pemerintahannya Jayawarsa memberi hadiah untuk para rakyat di desa, sebagai wujud suatu penghargaan. Karena rakyat sudah berjasa pada raja. Di dalam prasasti tersebut disebutkan juga bahwa Jayawarsa memiliki perhatian yang besar pada rakyatnya, dan ingin membuat rakyat menjadi Sri BameswaraBerdasarkan Prasasti Padelegan di tahun 1117, Prasasti Panumbangan tahun 1120 dan juga Prasasti Tangkilan tahun 1130 menyebutkan raja berikutnya adalah Sri Bameswara. Prasasti-prasasti tersebut juga membahas tentang Sri JayabhayaRaja terbesar di Kerajaan Panjalu berdasarkan Prasasti Ngantang tahun 1135, Prasasti Talan tahun 1136 serta Kakawin Bharatayuddha tahun 1157 adalah Jayabhaya. Kerajaan Kediri mencapai puncaknya di masa pemerintahan Jayabhaya, karena ia memiliki strategi yang bagus dalam memakmurkan rakyatnya. Kerajaan yang beribu kota di Dahono Puro di bawah kaki Gunung Kelud tersebut, memiliki tanah yang subur sehingga segala jenis tanaman bisa tumbuh dengan baik. Hasil pertanian dan perkebunan pun melimpah, selain itu di bagian tengah Kota terdapat aliran sungai yang jernih dan menjadi tempat hidup berbagai jenis ikan. Makanan yang kaya akan protein pun bisa terpenuhi dengan baik. Dukungan spiritual dan material diberikan kepada Prabu Jayabhaya, dengan sifatnya yang merakyat dan tujuan yang jauh ke depan membuatnya dikenal sepanjang Sri AryeswaraBerdasarkan prasasti Angin yang dibuat tahun 1171, ketika itu Kediri diperintah oleh Sri Aryeswara. Ia menjadi raja Kediri sekitar tahun 1171, dan memiliki gelar abhisek yaitu Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara Arijamuka. Tetapi tidak diketahui dengan pasti kapan Sri Aryeswara naik tahta, dan peninggalan sejarahnya yaitu Prasasti Angin di tanggal 23 Maret 1171. Lambang Kerajaan Kediri di kala itu adalah Ganesha. Tidak diketahui pasti kapan Sri Aryeswara mengakhiri masa Sri GandaDilihat dari Prasasti Jaring tahun 1181. Pemakaian nama hewan untuk pangkat seperti misalnya gajah, tikus, dan kerbau memperlihatkan tinggi rendahnya pangkat seseorang di dalam istana saat Sri SarwasweraDapat dilihat di Prasasti Padegelan II pada tahun 1159, dan Prasasti Kahyunan di tahun 1161. Sri Sarwaswera adalah raja yang taat beragama dan berbudaya. Ia juga memegang teguh prinsip “tat wam asi”, yang artinya “dikaulah itu, dikaulah semua itu, semua makhluk adalah engkau”. Prabu Sri Sarwaswera berpendapat bahwa tujuan akhir manusia adalah Moksa, yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma dan jalan kebenaran merupakan suatu jalan untuk kesatuan sehingga yang menghalangi kesatuan adalah hal tidak Sri KameswaraBerdasarkan Prasasti Ceker di tahun 1182, dan Kakawin Smaradahana. Di masa pemerintahan Sri Kameswara dari tahun 1182, sampai tahun 1185 masehi terjadi perkembangan yang pesat di dalam sastra Mpu Dharmaja. Yang membuat Kitab Smaradhana dan juga dikenal dengan beberapa cerita Panji seperti cerita Panji Sri KertajayaBerdasarkan Prasasti Galunggung tahun 1194, Prasasti Kamulan tahun 1194, Prasasti Palah tahun 1197, Prasasti Wates Kulon tahun 1205, Negarakretagama serta Pararaton. Raja Kertajaya ini dikenal dengan nama Dandang Gendis. Di masa pemerintahannya kerajaan mulai mengalami penurunan, karena Kertajaya mengurangi hak yang dimiliki Kaum Brahmana. Keadaan itu membuat Kaum Brahmana dan kedudukan mereka semakin tidak aman. Sehingga banyak dari mereka yang lari dan meminta pertolongan Tumapel, yang saat itu diperintah oleh Ken Arok. Kemudian Raja Kertajaya menyiapkan pasukan untuk menyerang Tumapel, dan Ken Arok memberi dukungan untuk Kaum Brahmana. Untuk melakukan penyerangan ke Kerajaan Kediri, kedua pasukan itu bertemu di dekat Ganter pada tahun 1222 Kerajaan KediriSetiap kerajaan yang ada di Indonesia memiliki lencananya masing-masing, yang menjadi simbol kekuasaan di masa-masa pemerintahannya. Termasuk di Kerajaan Kediri. Setiap raja memiliki lencana yang berbeda, dengan makna dan pesan yang juga berbeda-beda. Ada tujuh buah lencana yang terdeteksi, yang mewakilkan setiap kekuasaan raja pertama GarudmukhalancanaLencana ini bergambar burung garuda, jauh sebelum NKRI menggunakan lambang garuda tersebut. raja Airlangga adalah pendiri dari Kerajaan Panjalu, yang memakai garuda sebagai lambang lencananya. Pada setiap Prasasti yang ada, selalu dibubuhkan stempel garudamukhalanaca tersebut oleh Airlangga. Yang berada di bagian mulut Gua Selomangleng Kediri. Hingga kini relief tersebut masih dapat kedua BamecwaralancanaLencana berikutnya memiliki lambang tengkorak yang sedang menggigit bulan sabit, yang dipakai sebagai lencana Cri Maharaja Cri Bamecwara Sakalabuanatustijarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama ketiga JayabhayalancanaLencana ini memiliki tanda satu avatara Dewa Wisnu yakni Narasinghavatara, yang memiliki wujud manusia berkepala singa yang sedang mencabik-cabik perut Hiranyakasipu [Raja Raksasa]. Di lencana tersebut terdapat tulisan Panjalu Jayati, yang bentuknya sudah sulit dikenali. Hingga kini disimpan di Musieum Nasional keempat SarwwecwaralancanaLencana keempat dipakai oleh ri Maharaja Rakai Sirikan Cri Sarwwecwara Janarddhanawatara Wijayagrajasama Singhanadaniwaryyawiryya Parakrama Digjayatungga-dewanama. Bila dilihat lagi di dalam lencana tersebut terdapat 9 sayap di bagian ujung, dan ada lingkaran berjambul yang dikelilingi oleh tiga lingkaran yang kelima AryyecwaralancanaLencana ini memiliki lambang ganesha yang digunakan oleh Cri Maharaja Rakai Hino Cri Aryyecwara Madhusudanawatarijaya Mukha, Sakalanhuana tustikarana niwaryya keenam KamecwaralancanaLencana keenam memiliki gambar kerang yang memiliki sayap yang dipakai oleh Cri Maharaja Cri Kamecwara Triwikramawatara Aniwaryyawirya Parakrama ketujuh CrnggalancanaLencana ini dipakai oleh Cri Maharaja Cri Carwwecwara Triwikamawatara Nindita Cringgalancana Digjayotunggadewa atau Kertajaya. Yang menjadi raja terakhir di Kerajaan Beragama Masyarakat KediriCorak kehidupan beragama pada masyarakat Kediri bisa dilihat dari peninggalan arkeologinya, seperti misalnya Candi Gurah serta Candi Tondo Wongso. Yang menunjukkan bahwa latar belakang agama di sana adalah Hindu Siwa. Untuk pertirtaan kepung diperkirakan juga beragama Hindu, karena tidak terlihat unsur Budhaisme pada beberapa peninggalan bangunan bersejarah di sana. Di beberapa prasasti yang ada, juga disebutkan bahwa nama Abhiseka raja memiliki arti penjelmaan dari Dewa Wisnu. Namun hal ini tidak dapat secara langsung digunakan sebagai bukti, bahwa Wisnuisme berkembang di masa itu. Karena landasan filosofis yang berkembang di Jawa pada masa itu, beranggapan bahwa Raja Saa dan Dewa Wisnu adalah pelindung rakyat, raja bahkan dunia. Bila dilihat lagi secara luas, agama Hindu khususnya pemujaan Siwa sangat mendominasi perkembangan agama di masa Kerajaan Kediri. Hal ini bisa dilihat dari prasasti, arca dan penemuan karya sastra jawa Masyarakat Kerajaan KediriPerubahan yang ada di bidang kesenian pada Kerajaan Kediri, hanya terbatas pada kesenian arsitektur. Yang banyak dipertanyakan oleh orang-orang, mengapa di masa Kerajaan Kediri tidak membuat candi seperti di masa-masa sebelum dan sesudahnya. Baru terbukti sekarang bahwa satu per satu kesenian dari Kerajaan Kediri mulai ditemukan. Candi Gurah adalah yang masih tersisa, yang memiliki pelipit sisi genta di kaki Candi Perwara. Sedangkan pada Candi Induk memiliki makara di bagian ujung bawah tangga, dan beberapa ciri itu menunjukkan gaya kesenian Jawa Tengah pada abad ke VII di beberapa arca yang sangat indah, juga memperlihatkan gaya kesenian yang berasal dari Singasari di abad XIII masehi. Perbedaan tersebut belum dapat dijelaskan secara gamblang sampai saat ini. Walaupun Candi Gurah juga pernah diperbesar tetapi di beberapa arca tidak berasal dari tahapan tersebut. terutama pada arca yang telah berumur dan belum juga ditemukan. Dari sumuran Candi telah ditemukan bata yang terinskripsi, dengan seni paleografi dan tulisannya berasal dari abad ke XI – XII masehi. Inkripsi singkat itu dapat digunakan sebagai patokan, dalam menentukan tanggal darii arca Gurah. Soejmono mengatakan bahwa Candi Gurah adalah mata rantai diantara kesenian di Jawa Tengah dan Jawa Kerajaan KediriPada tahun 1222 raja Kertajaya berseteru dengan Kaum Brahmana, kemudian meminta perlindungan pada Ken Arok Akuwu Tumapel, Ken Arok juga memiliki cita-cita untuk membuat Tumapel merdeka dan menjadi daerah bawahan Kerajaan Kediri. Perang Kediri Tumapel terjadi di Desa Ganter, pasukan Ken Arok pun berhasil menghancurkan pasukan Kertajaya. Sehingga Kerajaan Kediri mulai runtuh, dan berbalik menjadi bawahan Tumapel atau Singasari. Setelah Ken Arok berhasil mengalahkan Kertajaya, Kediri pun menjadi di bawah wilayah kekuasaan Singasari. Ken Arok juga mengangkat Jayabhaya, putra Kertajaya untuk menjadi Bupati tahun 1258 Jayabhaya digantikan oleh putranya yang bernama Sastrajaya, kemudian di tahun 1271 Sastrajaya digantikan juga oleh putranya yaitu Jayakatwang. Jayakatwang melakukan pemberontakan pada Singasari, yang dipimpin oleh Ken Arok. Setelah membunuh Kertanegara, Jayakatwang pun membangun ulang Kerajaan Kediri. Tetapi kerajaan itu hanya bertahan 1 tahun saja, karena terjadinya serangan dari gabungan pasukan mongol dan pasukan menantu Kertanegara yaitu Raden ulasan dan pembahasan lengkap mengenai sejarah Kerajaan Kediri. Semoga dapat menambah wawasan anda dalam sejarah kerajaan di Juga Pengertian Teks Laporan Percobaan Ciri, Struktur, Cara Membuat, Dan Contohnya LengkapApa Itu Psikotropika Dan Bahayanya Secara Lengkap
KerajaanKediri merupakan kelanjutan dari Kerajaan Isyana (Kerajaan Medang Kamulan). Upaya yang ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam negeri dan luar negeri. walaupun secara resmi sistem pemerintahan Kerajaan majapahit baru berjalan setahun kemudian, yaitu ketika Raden Wijaya menjadi Raja Majapahit yang
Candi penataran, peninggalan Kerajaan Kediri. Foto Pemkab BlitarKerajaan Kediri merupakan kerajaan Hindu di Pulau Jawa yang tumbuh pada abad ke-11 masehi. Kerajaan ini memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas hingga seluruh Pulau Jawa dan sebagian Pulau Sumatera. Karena wilayah kekuasaannya yang luas, kerajaan ini mampu mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya. Peninggalan Kerajaan Kediri masih bisa kita temui sampai saat ini. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Kediri? Siapa saja raja yang berkuasa? Agar lebih memahaminya simak penjelasan berikut. Sejarah Kerajaan KediriKerajaan ini merupakan pecahan dari Kerajaan Kahuripan yang dipimpin oleh Dharmawangsa Airlangga dan berpusat di daerah Medangkamulan. Di tengah masa kejayaannya, terjadi perebutan kekuasaan antara kedua putera Airlangga, yaitu Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan. Untuk mencegah terjadinya peperangan, akhirnya Airlangga membagi dua kerajaannya menjadi Kerajaan Janggala dan Pandjalu. Kedua kerajaan ini dipisahkan oleh Gunung Kawi dan Sungai Brantas. Kerajaan Janggala diberikan kepada Mapanji Garasakan dan wilayah kekuasaannya berpusat di kota Kahuripan. Sedangkan Kerajaan Pandjalu diberikan kepada Sri Samarawijaya dan wilayah kekuasaannya berpusat di Kota Daha. Meskipun masing-masing sudah diberikan tahta dan kerajaan, kedua putera Airlangga masih merasa tidak puas. Keduanya merasa berhak untuk memiliki seluruh tahta Airlangga Akhirnya peperangan pun tak dapat dielakkan. Mapanji Garasakan dan Sri Samarawijaya berperang merebutkan tahta kerajaan Airlangga. Peperangan dimenangkan oleh Sri Samarawijaya, akhirnya Kerajaan Pandjalu dan Janggala pun resmi menjadi miliknya. Ibukota kerajaan kemudian dipindahkan dari Daha ke Kediri. Dan kini Kerajaan Pandjalu lebih dikenal dengan nama Kerajaan Kediri. Kerajaan Kediri runtuh pada tahun 1222 M. Selama 177 tahun masa berdirinya, kerajaan ini cukup membawa pengaruh yang besar di tanah Jawa. Bahkan Kerajaan Kediri pernah mencapai masa kejayaannya dan membuktikan pencapaianya di banyak bidang. Arca Wisnu, peninggalan Kerajaan Kediri. Foto wikipediaRaja-raja Kerajaan KediriSelama 177 tahun berdiri, ada delapan raja yang berkuasa. Salah satunya adalah Sri Aji Jayabaya yang membawa Kediri pada masa kejayaannya. Adapun nama raja-raja Kerajaan Kediri yang pernah berkuasa adalah sebagai berikut Sri Samarawijaya 1042 MSri Jayabaya 1135 – 1157 MSri Sarweswara 1159 – 1161 MSri Kameswara 1180 – 1190 MSri Kertajaya 1194 – 1222 MMasa Kejayaan Kerajaan KediriKerajaan Kediri mencapai masa kejayaannya saat dipimpin oleh Raja Sri Jayabaya. Berdasarkan catatan yang ada, Sri Jayabaya berkuasa pada tahun 1135-1157 M. Banyak pencapaian yang diperoleh Raja Sri Jayabaya, salah satunya adalah perluasan kekuasaan. Jayabaya mampu memperluas kekuasaan Kerajaan Kediri sampai seluruh Pulau Jawa dan Sumatera. Kemudian ia juga mampu menyejahterakan kehidupan warganya. Hal ini terbukti dari perekonomian yang melaju sangat pesat. Bahkan sektor pertanian dan perdagangan pun dinilai sangat makmur di masa kepemimpinannya. Dalam kepemipinannya, seluruh wilayah Kediri bisa bersatu. Jayabaya mampu menurunkan raja-raja di tanah Jawa seperti Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Mataram Islam. Banyak catatan prasasti ditemukan pada masa ini, di antaranya prasasti Hantang 1135 M, prasasti Talan 1136 M, prasasti Jepun 1144 M. Selain itu ditemukan juga karya sastra seperti Kakawin Bharatayudha 1157 M. Jayabaya dikenal akan ramalannya yang dinamakan Jangka Jayabaya. Beberapa ramalannya bahkan disebut telah terbukti kebenarannya di masa kini.